Sukses Hidroponik Dengan Teknik Aeroponik
Dalam sistem aeroponik, pasokan nutrisi diperoleh tanaman dalam bentuk percikan atau semprotan air seperti kabut. Akar tanaman dibuat menggantung di atas bak penampungan besar. Larutan dialirkan dalam saluran pengabut kemudian disemprotkan pada akar tanaman. Sisa larutan ditampung pada bak yang terdapat dibawah akar. Setelah tertampung, larutan dari bak penampung kembali dialirkan ke saluran pengabut, sehingga membantuk sirkulasi.
Pengabutan berarti membuat larutan nutrisi yang dihembuskan nozzle berbentuk butiran-butiran air yang sangat kecil. Ukuran butiran yang kecil ini membuat tanaman semakin mudah menyerap larutan. Kelebihan lainnya, pangkal akar hingga setengah perakaran bagian atas tanaman aeroponik yang menggantung itu membuat tanaman mendapat aerasi yang baik. Proses pengabutan dapat berjalan sepanjang hari atau diatur menyala pada periode waktu tertentu. Teknik aeroponik terbukti sukses untuk perbanyakan bibit kentang, penanaman tomat, dan sayuran daun.
Sistem aeroponik pertama kali dikembangkan di University of Pia, Italia oleh Dr Franco Massantini. Penelitiannya dijuluki colonna di coltura alias kultur kolom. Sistem berupa pipa aeroponik yang mendukung tiga wadah kecil untuk budidaya berpenutup plastik dilengkapi alat penyiraman. Dari sisi biaya, sistem ini tergolong mahal walaupun terbukti menghasilkan.
- Kelebihan : tanaman mendapat pasokan air, oksigen, dan nutrisi secara berkala. Lebih menghemat air dan nutrisi. Tanaman lebih mudah menyerap nutrisi karena berukuran partikel yang halus.
- Kekurangan : Investasi mahal dan sangat tergantung dengan listrik. Nozzle tempat larutan menyemburkan kabut kerap tersumpat oleh butiran pupuk yang kurang tercampur dengan baik.
Dipersembahkan oleh : DuniaPertanian.net
Bagikan ke teman-temanmu yuk...